Ada 31 Kasus Suspek Campak di Kutim, Cakupan Imunisasi Masih Rendah

TERASKATA.Com, Kutai Timur Hingga saat ini, pekan ke-34 tahun 2025, tercatat ada 31 kasus suspek campak yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Timur.

Epidemiolog Kesehatan Ahli Pertama Dinkes Kutim, Mirwan mengungkap, semua kasus itu masih berstatus suspek, belum ada konfirmasi positif.

Laporan kasus suspek diterima dari 21 Puskesmas yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kutim. Dari 31 kasus tersebut, sebanyak 17 sampel telah dikirim ke laboratorium provinsi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

“Dari 17 sampel yang sudah kami kirim, 10 di antaranya sudah keluar hasilnya dan semuanya negatif. Sisanya masih menunggu hasil laboratorium,” ujar Mirwan, Jumat (39/8/2025).

Mirwan menjelaskan, setiap dugaan kasus campak yang ditemukan di lapangan dilaporkan oleh dokter ke petugas surveilans Puskesmas. Setelah itu, petugas akan mengambil sampel pasien dan mengirimkannya ke laboratorium rujukan di provinsi, seperti di Jakarta atau Banjarmasin.

Ancaman penyebaran campak semakin diperparah dengan rendahnya cakupan imunisasi campak di Kutim. Hingga Juli 2025, Dinkes mencatat bahwa cakupan imunisasi campak baru mencapai 31,70 persen, jauh dari target nasional yang minimal sebesar 80-90 persen untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity).

“Ini cukup mengkhawatirkan. Dengan cakupan vaksinasi yang masih rendah, risiko penyebaran penyakit sangat tinggi,” ujar Mirwan.

Ia menambahkan, imunisasi campak pada anak idealnya diberikan pada usia 9 bulan. Namun, berbagai kendala seperti penundaan karena anak sakit atau kurangnya kesadaran orang tua menjadi hambatan pencapaian target.

Mirwan menekankan bahwa vaksin campak merupakan perlindungan utama untuk mencegah penularan virus yang dikenal sangat mudah menyebar ini.

“Kami mendorong masyarakat untuk tidak ragu membawa anaknya imunisasi. Vaksin bukan hanya melindungi individu, tapi juga komunitas. Apalagi sekarang masih banyak ibu-ibu yang terpengaruh informasi tidak benar soal vaksin,” ujarnya.

Sementara, Plt Kepala Dinkes Kutim, Sumarno mengatakan telah meningkatkan kewaspadaan menyusul adanya laporan kasus campak positif di daerah tetangga.

Untuk mengantisipasi meluasnya penularan, sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR) diaktifkan. Setiap Puskesmas diwajibkan melapor secara rutin melalui aplikasi pelaporan penyakit menular yang terintegrasi dengan provinsi dan pusat.

“Kami sudah mendapat notifikasi dari provinsi. Adanya alert card dalam sistem SKDR ini menjadi indikator kami untuk segera melakukan langkah antisipatif,” kata Sumarno.

Meski capaian imunisasi masih rendah, Dinkes memastikan bahwa fasilitas dan logistik untuk vaksinasi campak di Kutim telah tersedia dan memadai. Vaksin didistribusikan langsung oleh pemerintah provinsi, lengkap dengan jarum suntik, cold chain (rantai dingin), dan alat penyimpanan vaksin sesuai standar.

“Saat ini semua Puskesmas sudah dilengkapi fasilitas penyimpanan vaksin yang memenuhi standar. Dulu sempat ada tantangan di daerah yang belum teraliri listrik, tapi sekarang hampir semua wilayah sudah memiliki akses listrik yang stabil,” jelasnya.

Ia menambahkan peralatan penyimpanan vaksin kini telah berkembang dari sistem berbasis kompor minyak tanah ke teknologi yang lebih modern seperti sistem berbasis gas dan listrik. Jika terjadi kekurangan logistik di lapangan, Dinkes Kutim akan melakukan penyesuaian dengan pengadaan melalui jalur farmasi dinas.

Sebagai langkah antisipasi jika ditemukan kasus positif, Dinkes Kutim telah membentuk Tim melibatkan berbagai pihak mulai dari Puskesmas, kecamatan, sekolah, hingga perangkat desa.

“Begitu ada indikasi kuat kasus campak, kami langsung turunkan tim. Kami juga bekerja sama dengan sekolah, guru, kepala desa, hingga dinas lain seperti Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bila menyangkut anak-anak,” terang Sumarno.

Selain itu, Dinkes juga terus melakukan edukasi dan promosi kesehatan melalui berbagai saluran. Kegiatan ini didukung oleh kokkader kesehatan desa, bidan desa, serta petugas Puskesmas yang memberikan penyuluhan rutin kepada ibu hamil dan masyarakat umum.

“Kami sudah melakukan penyuluhan berulang kali. Sejak masa kehamilan, ibu sudah dibekali buku KIA yang berisi jadwal imunisasi anak. Mereka juga mendapatkan edukasi saat memeriksakan kandungan atau membawa anak ke Posyandu,” katanya.

Sumarno mengimbau masyarakat Kutim agar segera melengkapi imunisasi anak-anak sesuai jadwal. Ia menegaskan bahwa imunisasi bukan sekadar formalitas, tetapi bentuk perlindungan nyata dari penyakit berbahaya.

“Kami tidak ingin menunggu sampai ada korban. Karena itu, kami harap masyarakat sadar pentingnya vaksin. Ini bentuk ikhtiar bersama agar tidak terjadi KLB (kejadian luar biasa) seperti di daerah lain,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan peran masyarakat sangat penting dalam menekan penyebaran penyakit. Tanpa partisipasi aktif, kata dia, upaya pencegahan tidak akan optimal.

“Kesadaran harus datang dari masyarakat sendiri. Kami siap memfasilitasi dan memberikan layanan, tapi keputusan membawa anak untuk divaksinasi tetap di tangan orang tua,” pungkasnya. (Ronny/teraskata)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *