TERASKATAKALTIM.com – Zaenal Arifin, salah satu produsen tahu tempe yang berada di Kelurahan Guntung, Kecamatan Bontang Utara, Kota Bontang, terpaksa mengurangi jumlah produksinya.
Arif, begitu ia akrab disapa, memilih untuk mengurangi jumlah produksinya dari yang semula bisa mencapai 600 kilo gram (kg) dalam setiap harinya, kini hanya menjadi 400-500 kg.
Hal itu dilakukan untuk menekan tingginya harga produksi akibat mahalnya kedelai. Arif mengaku, akibat mahalnya harga bahan dasar kedua produk itu, cukup memukul usahanya.
Meski demikian, Arif tetap memilih untuk tetap menjalankan produksinya walau dengan resiko merugi. Sedangkan harga jual tetap.
Ia pun berharap, kedepan pemerintah bisa membina para industri rumahan tahu tempe sehingga ketika ada lonjakan harga bahan baku, para pengusaha tahu tempe bisa tetap menjalankan usahanya.
“Besar harapan ke pemerintah, mungkin dari sektor produksi itu buat kami dibina, untuk bisa mengefisienkan segala bentuk harga, dari bahan bakar, bahan baku hingga penjualan. Itu penting buat kami, sehingga ketika ada lonjakan-lonjakan harga tertentu itu masih bisa kita mendapatkan uang,” harapnya, Selasa (05/01/2021).
Sedangkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai import, Arif meminta pemerintah mengenalkan kedelai lokal dengan berbagai klasifikasinya. Sebab menurutnya, kualitas kedelai lokal tidak kalah dengan kedelai import.
“Kedelai lokal itu sebenarnya bagus, cuman tapi memang sampai sekarang itu, ujungnya atau klasifikasinya belum ada di pasaran, ” sebutnya. (*)