Anggota DPRD Kaltim Shemmy Permata Sari Gelar Sosperda Pembangunan Ketahanan Keluarga
BONTANG — Anggota DPRD Kaltim Shemmy Permata Sari menggelar Sosialisasi Peraturan Daerah (Sosperda) Nomor 2 tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga, Minggu 9 Februari 2025, di Kota Bontang.
Dalam kesempatan itu Shemmy menghadirkan dua narasumber dari Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Muda, Bidang Pemenuhan
Hak Anak dan Perlindungan Khusus Anak – DP3AKB Kota Bontang, Trully Tisna Milasari dan Jusrawati selalu aktivis perempuan di Kota Bontang.
Shemmy memulai presentasinya dengan menekankan pentingnya ketahanan keluarga di tengah gelombang modernitas yang serba cepat. Dunia digital, menurut dia, dengan informasi instan dan beragam kontennya, menyajikan tantangan besar bagi keluarga.
Anak-anak khususnya, kata Shemmy, sangat rentan dengan pengaruh negatif yang bisa memengaruhi perkembangan psikologis mereka.
Menurut Shemmy, keluarga harus mampu beradaptasi serta menjalin komunikasi intensif dengan kerabatnya.
“Jadi, keluarga yang kuat itu dibangun di atas prinsip komunikasi yang terbuka,” ucap Shemmy di hadapan ratusan peserta.
Lebih jauh, Shemmy menekankan, orang tua perlu menghadirkan ruang aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka tanpa rasa takut dihakimi.
Hal ini memungkinkan orang tua memahami problem yang dihadapi anak di dunia digital dan memberikan bimbingan yang tepat.
“Nahh kita juga harus terlibat aktif di kehidupan digital anak, seperti mengawasi penggunaan medsosnya. Itu sangat penting. Bukan untuk dibatasi anak kita, tapi dibimbing dari konten-konten yang menurut kita tidak pantas,” terangnya.
Sementara itu, narasumber pertama, Trully, menerangkan beberapa fungsi keluarga antara lain kekuatan agama. Meningkatkan kualitas pendidikan. Menciptakan ekonomi yang mapan.
“Kemudian memperkuat dimensi sosial budayanya. Ada cinta kasih di situ. Termasuk pembinaan lingkungan. Dan tentu saja fungsi keluarga adalah reproduksi,” terangnya.
Di era modern, kata Trully, keluarga memiliki banyak tantangan besar. Apalagi masalah dunia digital. Pengawasan sangat dibutuhkan.
Dia kemudian memaparkan beberapa ciri-ciri generasi Alfa. Di bidang teknologi misalnya, mereka sangat terhubung dengan teknologi sejak lahir. Karena itu mereka sudah mahir menggunakan teknologi.
“Nah inilah generasi yang paling terdidik sebenarnya daripada generasi lainnya. Karena terbantu dengan teknologi,” katanya.
Sementara itu keterampilan hidup generasi Alfa, sangat menghargai privasi dan kerahasiaan. Cenderung tidak sabaran dan ingin instan. Kurang mandiri dalam hidup dan individualis
“Nah perkembangan sosialnya di dunia nyata dan di luar rumah cenderung terhambat,” terangnya.
Akibat Pengaruh Negatif Digital
Alumni psikologi UGM itu kemudian menerangkan beberapa pengaruh negatif digital antara lain:
1. Anak Balita mengalami kesulitan berbicara dengan jelas karena terlalu banyak menonton fim kartun.
2. Anak Balita menangis jika handphone yang dipegangnya diambil oleh orang lain.
3. Anak-anak yang berkata kotor/jorok/kasar di sekolah maupun pergaulan bersama teman-temannya.
4. Anak tidak bisa membayar tagihan bermain game online di warnet, sehingga berbohong ke orangtua ataupun mengambil uang milik teman/orang tua.
Peran Orang Tua di Era Digital
Kata dia, sebelum orang tua memberikan gadget, pertama orang tua harus mendiskusikan kebutuhan anak. Lalu, bicarakan tanggung jawab mereka. Kemudian orang tua harus menjelaskan risikonya.
Untuk menjaga anak dari risiko dunia maya, Trully menyarankan orang tua memasuki dunia online anak. Karena keterlibatan orang tua di kehidupan online anak sangat penting untuk mengenali lingkup gerak, teman, dan kesukaan anak. Selanjutnya membuat aturan tertulis.
“Kita juga bisa buat aturan tertulis. Kapan boleh memainkan gadget. Berapa lama harus dimainkan. Lalu aplikasi apa yang dibolehkan. Juga harus ada konsekuensinya kalau mereka melanggar. Gunakan gadget di tempat terbuka. Dan ini harus disepakati bersama,” urainya.
Sementara itu Jusrawati menyampaikan anak-anak perlu diajarkan berpikir kritis dan mengevaluasi informasi yang mereka temukan di internet. Terlebih lagi kepada orang tua.
Mereka perlu memahami perbedaan antara fakta dan opini, serta bahaya informasi yang menyesatkan atau berbahaya.
“Jadi saat ini kita butuh penguatan literasi digital. Supaya kita bisa menjadi pengguna internet yang bertanggung jawab dan bijak,” katanya.
Lebih dari sekadar pengawasan, kata dia, ketahanan keluarga juga membutuhkan kualitas waktu bersama.
Aktivitas keluarga yang positif, seperti makan malam bersama, bermain bersama, atau berlibur, membangun ikatan emosional yang kuat dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak.
“Ikatan ini menjadi benteng perlindungan yang ampuh melawan pengaruh negatif dari dunia luar. Artinya, ketahanan keluarga merupakan kunci melindungi anak-anak dari dampak negatif dunia digital,” imbuhnya. (Adv)
Tinggalkan Balasan