Teraskata Kaltim

Dari Timur Membangun Indonesia

Dorong Tes Urine untuk Deteksi Dini Kanker Serviks, Legislator Kaltim Soroti Hambatan Budaya dan Privasi

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Andi Satya Adi Saputra.(dok: teraskata)

TERASKATAKALTIM — Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Andi Satya Adi Saputra, menyoroti pentingnya inovasi dalam metode skrining kanker serviks yang lebih nyaman dan menghormati privasi perempuan, menyusul tingginya angka kematian akibat penyakit tersebut di Indonesia.

Andi yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan, mengungkapkan bahwa metode pemeriksaan konvensional seperti penggunaan spekulum sering menjadi alasan utama perempuan enggan menjalani deteksi dini.

Menurutnya, hambatan psikologis dan budaya memegang peran besar, terutama bagi perempuan yang belum menikah.

“Banyak pasien merasa malu atau tidak nyaman dengan prosedur invasif. Akibatnya, mereka menolak skrining, padahal deteksi sejak dini bisa sangat menentukan peluang sembuh,” jelasnya, Senin (19/5/25).

Andi menyebutkan bahwa setiap tahun Indonesia mencatat lebih dari 36 ribu kasus kanker serviks, dengan angka kematian mencapai sekitar 18 ribu jiwa. Ia menilai situasi ini sebagai kondisi darurat yang membutuhkan langkah konkret dan terobosan baru.

Sebagai solusi, ia mengusulkan penerapan tes urine untuk mendeteksi Human Papillomavirus (HPV), yang menjadi penyebab utama kanker serviks. Metode ini dinilai non-invasif dan jauh lebih praktis, bahkan dapat dilakukan secara mandiri di rumah tanpa pendampingan tenaga medis.

“Cukup dengan menampung urin di wadah khusus, perempuan sudah bisa menjalani tes ini. Hasilnya pun bisa diperoleh dengan cepat,” tuturnya.

Ia menambahkan, pendekatan ini sangat ideal untuk diterapkan di wilayah pelosok yang kesulitan mengakses layanan kesehatan. Tanpa memerlukan peralatan klinis yang kompleks, tes urine memungkinkan perluasan program skrining berbasis komunitas secara lebih efektif.

Lebih jauh, Andi menekankan pentingnya membuka lebih banyak akses skrining bagi perempuan, sebagai bagian dari upaya menurunkan angka kematian dan mengikis stigma terkait pemeriksaan organ reproduksi.

“Tes urine bisa menjadi gerbang baru yang membuka kesadaran dan partisipasi perempuan dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa menjaga kesehatan perempuan berarti memperkuat pondasi keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.

“Perempuan yang sehat akan membentuk generasi yang kuat. Sudah waktunya kita permudah langkah mereka dalam menjaga diri,” pungkasnya.

RF (ADV DPRD KALTIM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini