Sangatta – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dikenal dengan keragaman budayanya yang harmonis, menjadikannya sebagai cerminan miniatur Indonesia. Ketua DPRD Kutim, Jimmi, menegaskan bahwa keberagaman budaya, suku, dan agama di wilayah ini merefleksikan semangat kebersamaan dan harmoni yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Jimmi berharap bahwa kekayaan budaya dan adat-istiadat yang ada dapat terus dijaga dan dilestarikan untuk mempererat persatuan dan kesatuan di daerah.
“Kutim ini miniatur Indonesia, di mana beragam suku bangsa, agama, dan budaya bisa saling hidup berdampingan secara harmonis. Saya berharap kebudayaan Nusantara di Kutim ini terus terjaga dan tetap lestari,” ujar Jimmi dengan penuh harap.
Jimmi menegaskan bahwa keberagaman di Kutim seharusnya tidak menjadi alasan perpecahan, tetapi justru menjadi perekat yang menyatukan masyarakat. Menurutnya, tanggung jawab menjaga budaya bukan hanya di tangan pemerintah daerah, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. “Dengan menjaga budaya, kita memperkuat identitas daerah sekaligus memelihara nilai-nilai kebangsaan,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa di tengah perkembangan globalisasi, nilai-nilai budaya tradisional perlu tetap dijaga agar generasi mendatang dapat menghargai dan memahami pentingnya warisan leluhur. Keberagaman budaya di Kutim, menurut Jimmi, adalah kekayaan yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Kutim, dengan lokasinya yang strategis sebagai kabupaten penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), memiliki peluang besar untuk mengembangkan sektor pariwisata budaya. Asisten Pemerintah Umum dan Kesejahteraan Rakyat Kutim, Poniso Suryo Renggono, mendukung hal ini dengan menyatakan bahwa sektor pariwisata budaya dapat menjadi komponen penting dalam membangun Kutim sebagai destinasi wisata yang menarik.
“Kita sebagai kabupaten penyangga IKN memiliki peluang besar untuk menampilkan budaya dan kesenian Kutim. Kesenian dan kebudayaan bisa dipromosikan dengan baik agar menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik,” ujarnya.
Poniso menekankan bahwa dengan strategi promosi yang tepat, kesenian dan kebudayaan Kutim bisa menarik wisatawan baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Menurutnya, pariwisata budaya tidak hanya memberikan hiburan dan edukasi bagi masyarakat, tetapi juga berpotensi meningkatkan perekonomian daerah. Poniso berharap bahwa sektor ini dapat dikelola secara berkelanjutan sehingga dampak ekonomi positif bisa dirasakan oleh masyarakat lokal.
“Kutim punya banyak potensi wisata budaya yang bisa dikembangkan. Tidak hanya menjadi tempat wisata, ini juga bisa menjadi ruang edukasi bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai budaya lokal,” lanjut Poniso.
Baik Jimmi maupun Poniso sependapat bahwa pelestarian budaya tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah. Perlu adanya peran serta aktif dari masyarakat, tokoh adat, komunitas budaya, hingga generasi muda. Pelibatan seluruh elemen masyarakat akan memastikan keberhasilan dalam menjaga dan mengembangkan budaya Kutim.
Jimmi menambahkan bahwa keberagaman budaya seharusnya menjadi kebanggaan bersama, bukan sekadar simbol. Ia ingin agar masyarakat Kutim merasa memiliki budaya yang ada di sekitarnya, sehingga termotivasi untuk melestarikan dan merawatnya.
“Pelestarian budaya adalah tanggung jawab kita semua. Jika kita mampu menjaga warisan budaya ini, kita tidak hanya memperkuat identitas daerah, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa Kutim adalah wilayah yang kaya akan keragaman budaya,” tegasnya.
Pemerintah Kutim telah menunjukkan komitmennya dalam menjaga dan mengembangkan budaya sebagai bagian dari potensi pariwisata. Salah satu langkah yang akan terus dikembangkan adalah memperkuat agenda budaya seperti kirab budaya dan festival seni tradisional. Acara-acara ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan dan memberikan dampak positif pada perekonomian daerah.
Poniso menyebutkan bahwa promosi budaya ini akan melibatkan komunitas budaya dan tokoh-tokoh adat. Tujuannya agar setiap acara yang digelar mampu menampilkan keunikan budaya Kutim, dari kesenian, tari-tarian, hingga upacara adat yang kaya makna. Dengan dukungan dan partisipasi masyarakat, pariwisata budaya di Kutim dapat berkembang menjadi salah satu pilar ekonomi yang penting.
Pelestarian budaya di Kutim bukan hanya soal mempertahankan tradisi, tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai kebangsaan dan persatuan tetap terjaga di tengah modernisasi. Jimmi menegaskan bahwa keberagaman budaya di Kutim harus menjadi warisan yang dijaga dengan baik untuk generasi mendatang. “Kami ingin memastikan bahwa budaya ini terus ada dan diwariskan kepada anak cucu kita. Bukan hanya sekadar dilihat, tetapi juga dipahami maknanya. Inilah kekayaan yang tidak ternilai harganya,” tutup Jimmi.
Dengan adanya sinergi antara pemerintah dan masyarakat, Kutai Timur diharapkan mampu menjadi contoh daerah yang sukses mengelola keragaman budaya secara harmonis, menjadikannya aset berharga bagi pengembangan wisata dan edukasi.(adv)