Teraskata.com

Dari Timur Membangun Indonesia

Gelap dan Dahaga di Bumi Penyuplai Listrik Nasional

admin admin admin
ILUSTRASI -ist-

TERASKATA.Com, Kutai Timur Sunyi gelap menyelimuti warga Desa Susuk Kecamatan Sandaran, Kabupaten Kutai Timur. Tak ada cahaya yang bersumber dari Listrik PLN.

Bukan hanya krisis listrik, warga di Desa ini juga kesulitan mengakses air bersih. Aliran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tuah Benua, Kutai Timur juga tak menjangkau desa Susuk.

Fakta ini memang sangat ironi, jika disandingkan dengan keberadaan perusahaan PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Kutai Timur. PT KPC mengelola salah satu pertambangan open-pit terbesar di dunia dan melayani pelanggan industri, baik pasar ekspor maupun domestik.

Berdasarkan hasil penelusuran teraskata.om, PT KPC menjadi penentu gelap terangnya sebagaian besar wilayah di Indonesia. Perusahaan ini berkontribusi terhadap ketahanan energi (energy security) melalui pasokan yang konsisten.

Bahkan KPC memasok jutaan ton batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia, sekaligus menjamin keberlangsungan operasi pembangkit listrik yang mendukung pasokan listrik ±70% di Indonesia yang masih bergantung pada batu bara.

Dengan produksi batubara mencapai jutaan ton yang menjadi sumber pasokan listrik ke ±70% di Indonesia dapat diasumsikan bahwa keberadaan KPC menjadi sumber cahaya di wilayah Pulau Jawa dan Pula Sulawesi.

Sayangnya, tak jauh dari wilayah PT KPC beroperasi, masih terdapat wilayah kecil yang krisis Air Listrik dan Air bersih. Bahkan untuk sekedar mendapatkan penerangan lampu, sebagian warga Desa Susuk mengandalkan genset berkapasitas kecil dengan bahan bakar minyak. Pun tidak setiap hari, karena biaya yang mahal.

Sementara untuk kebutuhan air bersih, warga terpaksa memanfaatkan air hujan. Untuk kebutuhan lain, warga mengambil air dari sungai yang jaraknya cukup jauh.

Kondisi ini dilalui warga Susuk bertahun-tahun lamanya. Tak ada solusi dari pemerintah hingga hari ini.

”Sampai sekarang belum ada listrik PLN yang masuk ke Sandaran. Jalan pun masih belum diaspal. Air bersih juga tidak ada sama sekali. Kami berharap ada perhatian pemerintah,” ucapnya Warga Susuk yang enggan disebutkan namanya menceritakan via pesan WhatsApp kepada teraskata.com.

Kesulitan hidup itu tidak hanya menyangkut kenyamanan mereka saat ini. Tetapi juga menyangkut masa depan generasi. Anak-anak belajar dengan penerangan seadanya, pelayanan kesehatan terhambat dan kegiatan ekonomi warga sulit berkembang karena keterbatasan mengakses kebutuhan dasar.

Ketua DPRD Kutai Timur, Jimmi mengakui fakta sulitnya warga Desa Susuk mengakses kebutuhan dasar.

”Kalau tanya listrik, air bersih sampai infrastruktur, memang benar kondisinya,” ujarnya Jimmi.

DPRD Kutim kata dia, saat ini tengah mendorong solusi alternatif guna mengatasi kondisi di Desa Susuk. Salah satunya, pemanfaatan energi surya (solar cell) untuk memenuhi kebutuhan listrik dan air bersih. Teknologi ini dinilai lebih berkelanjutan dibandingkan genset.

“Kalau pakai solar cell, bisa lebih efisien dan bisa membantu PDAM dalam menggerakkan pompa air. Ini penting supaya kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi,” jelas Jimmi.

Menurutnya, upaya itu tidak dapat langsung terealisasi. Sebab, dibutuhkan infrastruktur pendukung lainnya, serta biaya awal yang cukup besar.

“Kalau infrastruktur dasar sudah terpenuhi, tentu akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Itu yang kita dorong,” pungkasnya. (Ronny/teraskata)

[gnpub_google_news_follow]
Tutup