Kejurkab Pertina Kutim Jaring 105 Petinju Lokal, Fokus Bangun Kekuatan Tinju dari Akar Daerah

TERASKATA.Com, Kutai Timur — Pengurus Kabupaten Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Kutai Timur menjadikan Kejuaraan Kabupaten (Kejurkab) sebagai fondasi utama membangun kekuatan tinju daerah. Ajang ini tidak sekadar mempertandingkan medali, tetapi diarahkan untuk menjaring dan membina petinju asli Kutai Timur sejak usia dini.

Sebanyak 105 petinju ambil bagian dalam Kejurkab Pertina Kutim yang mempertandingkan 20 kelas, mulai dari kelompok usia pelajar hingga dewasa. Peserta berasal dari 18 kecamatan, dengan rentang usia termuda sekitar 14–15 tahun, sementara kelas dewasa dibatasi hingga usia 30 tahun.

Ketua Pertina Kutai Timur, Syahlianoor TB (Haji Ijing), menegaskan Kejurkab ini merupakan langkah strategis untuk memastikan pembinaan atlet berjalan murni dari daerah, tanpa ketergantungan pada atlet luar.

“Kami fokus mencari bibit-bibit asli Kutai Timur. Ini bagian dari upaya membangun kekuatan tinju daerah dari bawah, dari kecamatan,” ujar Haji Ijing.

Ia menyebutkan, perkembangan tinju Kutai Timur dalam satu tahun terakhir menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Sejumlah kejuaraan berhasil diikuti dengan hasil positif, termasuk kejuaraan di Tenggarong, Piala Gubernur Kalimantan Timur, hingga Kejuaraan Nasional yang mengantarkan atlet Kutim meraih dua medali emas.

Selain itu, pada babak kualifikasi (BK) yang digelar di Samarinda pada 26 Juni lalu, Pertina Kutim berhasil membawa pulang dua emas, dua perak, dan dua perunggu. Capaian tersebut dinilai cukup membanggakan mengingat kepengurusan Pertina Kutim baru berjalan sekitar enam bulan.

“Ini progres yang patut disyukuri. Anak-anak sebenarnya sudah berlatih sebelumnya, lalu diperkuat dengan dukungan pengurus baru, KONI, dan pemerintah daerah,” kata dia.

Dari hasil BK tersebut, 10 petinju Kutai Timur telah dipastikan lolos dan terdaftar untuk memperkuat daerah pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Kalimantan Timur. Sementara Kejurkab ini difungsikan sebagai ajang tambahan untuk menemukan atlet potensial baru yang akan dibina secara berkelanjutan melalui sasana-sasana tinju di daerah.

Meski demikian, Haji Ijing mengakui keterbatasan fasilitas masih menjadi tantangan. Sarana penunjang seperti ring tinju belum sepenuhnya tersedia dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk mengatasi hal itu, Pertina Kutim memilih memaksimalkan try out dan sparring ke daerah lain, seperti Bontang, Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan.

“Lewat sparring, kami bisa evaluasi kemampuan atlet secara langsung. Ini penting sebelum mereka tampil di level provinsi,” ujarnya. (Ronny/teraskata)