104 Kasus Baru HIV di Kutim, 65% Penderita Laki-laki
TERASKATA.Com, Kutai Timur – Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kutai Timur membeberkan data kasus infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kutim sepanjang 2025.
KPAD mencatat, ada 104 kasus baru hingga Agustus 2025. Meski angka ini lebih rendah dibandingkan 161 kasus pada akhir 2024, tren kenaikan tetap terjadi jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ketua KPAD Kutim, dr. Marthen Luther menyebut wilayah dengan kasus tertinggi berada di Kecamatan Sangatta Utara, dengan mayoritas penderita berada di usia produktif.
“104 terdata dari Januari sampai Agustus 2025. Itu kasus baru ya, penyebarannya daerah Kutai Timur dan paling banyak di Kecamatan Sangatta Utara,” ungkap dr. Marthen usai menghadiri podcast di Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim, Senin (1/9/2025).
Dari sisi jenis kelamin, 65 persen penderita adalah laki-laki, sementara 35 persen perempuan.
Meski para penderita mendapatkan pendampingan dan pengobatan dari KPAD, hanya sekitar 80 orang yang melanjutkan pengobatan, sedangkan sisanya enggan karena rasa takut dan malu.
“Ini yang mau kita bangun, jangan merasa takut. Seperti ‘wih, ini HIV’ (mengancam mental) padahal sebenarnya tidak. Justru, tidak aman kalau kita tidak mengikuti anjuran paramedis,” tambah dr. Marthen.
Penyebab utama penularan HIV di Kutim masih didominasi oleh hubungan seksual tidak aman.
Senada dengan hal itu, Dokter Klinik Pelangi VCT HIV RSUD Kudungga, dr. Aulia Nisa Ahdin yang menyebut peningkatan kasus disebabkan oleh meningkatnya jumlah pemeriksaan.
“Sebelumnya tidak terdeteksi karena tidak diperiksa saja. Tingkat kesadarannya kurang. Jadi dengan upaya-upaya yang dilakukan baik dari KPAD, maupun Dinas Kesehatan Kutai Timur untuk melakukan pemeriksaan jemput bola ke populasi-populasi yang berisiko, semakin banyak yang bisa kita deteksi lebih awal,” jelasnya.
Sayangnya, stigma sosial masih menjadi penghalang terbesar, membuat sebagian masyarakat enggan terbuka atau memeriksakan diri. Namun, Aulia menegaskan proses pemeriksaan bersifat rahasia.
“Jadi untuk pemeriksaan HIV ini bersifat hasilnya hanya diberikan kepada yang bersangkutan. Jadi hasilnya bersifat konfidensial atau rahasia. Jadi jangan takut untuk periksa,” tegasnya.
Pemeriksaan HIV/AID bisa dilakukan secara gratis di fasilitas kesehatan negeri mauapun swasta yang menyediakan VCT HIV.
“Semua rumah sakit ada gratis. Sepanjang ada klinik VCT,” ucapnya.
Sementara itu, perwakilan dari Tim Pakar Ikatan Dokter Indonesia cabang Kutim, dr. Meitha Togas menambahkan HIV tidak hanya ditularkan lewat hubungan seksual, tapi juga dapat menular melalui donor darah, Air Susu Ibu (ASI) yang terinfeksi serta metode pengasuhan tertentu.
“Tapi mungkin kurang disinggung itu remastikasi. Yang makanannya dikunyah dulu terus dikasihkan ke bayinya. Nah, itu bisa jadi salah satu sumber penularan juga,” ujar dr. Meitha. (Ronny/terskata)