Teknologi Deteksi Dini dan Kesiapsiagaan Jadi Strategi Kunci Hadapi Banjir di Kutim
TERASKATA.Com, Kutai Timur – Menghadapi ancaman banjir yang semakin nyata di wilayah Kutai Timur (Kutim), Pemerintah Kabupaten Kutim melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menekankan pentingnya kesiapsiagaan berbasis data dan teknologi.
Hal ini disampaikan dalam kegiatan sosialisasi dan simulasi penanggulangan banjir yang digelar pada Selasa (26/8/2025) di Ruang Damar, Gedung Serbaguna (GSG) Bukit Pelangi, Sangatta.
Kegiatan ini merupakan bagian dari penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi Banjir 2025, yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapan seluruh pihak dalam menghadapi potensi bencana banjir yang tinggi di wilayah tersebut.
Dalam sambutannya, Plt Asisten Pemerintahan Umum dan Kesra, Trisno, mewakili Bupati Kutim, menyampaikan secara geografis, Kutim memiliki empat Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yakni Manubar, Bengalon, Sangatta dan Telen. Keberadaan DAS tersebut membuat wilayah Kutim sangat rentan terhadap banjir, terutama saat curah hujan tinggi.
“Fakta geografis ini menjadikan Kutim sebagai daerah dengan risiko banjir yang sangat tinggi. Pengalaman banjir besar di Sangatta pada tahun 2022 menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya persiapan yang matang,” kata Trisno.
Ia menekankan keterlambatan dalam penanganan bencana bisa diminimalisir jika kesiapsiagaan dilakukan sejak dini. Menurutnya, banjir sebenarnya dapat diprediksi 24–48 jam sebelumnya, asalkan ditunjang oleh alat deteksi yang memadai, seperti sensor pengukur ketinggian air dan pemantauan berbasis sistem informasi geografis.
Trisno juga membagikan pengalamannya dalam menggunakan aplikasi ArcGIS, sebuah sistem informasi geografis berbasis digital yang bisa dimanfaatkan untuk pemetaan, analisis risiko banjir serta perencanaan evakuasi.
“Dengan teknologi seperti ArcGIS, kita bisa mengetahui potensi genangan, jalur evakuasi, dan daerah rawan. Hal ini memungkinkan kita menangani banjir secara lebih optimal dan cepat,” jelasnya.
Ia menegaskan persiapan adalah kunci utama dalam menghadapi bencana dan pemanfaatan teknologi dapat mempercepat pengambilan keputusan di lapangan.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Pelaksana BPBD Kutim, Sulastin menyebut potensi banjir besar di Kutim tidak hanya berdampak pada sektor infrastruktur, tetapi juga memiliki implikasi besar terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
“Banjir adalah salah satu bencana dengan dampak multidimensi. Maka, upaya penanggulangannya harus dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan terkoordinasi, melibatkan semua pihak lintas sektor,” tegas Sulastin.
Ia mengatakan kegiatan simulasi ini menjadi sangat penting untuk menguji kesiapan operasional, terutama dalam hal koordinasi lintas instansi saat terjadi situasi darurat.
Simulasi Gladi Ruang dan Gladi Posko
Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan BPBD Kutim terdiri dari tiga agenda utama. Pertama, sosialisasi dokumen Rencana Kontingensi Banjir, kemduian gladi ruang atau table top exercise (TTX), dan terakhir gladi posko atau command post exercise (TCX).
Gladi ruang dan gladi posko menjadi sarana untuk menguji kemampuan koordinasi, kecepatan respons dan efektivitas komunikasi antar instansi ketika terjadi bencana banjir.
Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Kalimantan Timur yang diwakili oleh Ivan Ramdhany, turut hadir dalam acara tersebut. Dalam keterangannya, ia menekankan pentingnya sikap tanggap dan sigap dalam menghadapi bencana.
“Sosialisasi ini sangat penting agar penanganan bencana dapat dilakukan secara jelas dan sistematis. Tidak hanya menyusun skenario, tetapi juga membangun mindset kesiapan dari semua unsur yang terlibat,” ujar Ivan. (Ronny/teraskata)