Teraskata Kaltim

Dari Timur Membangun Indonesia

LSD Menyerang Puluhan Hewan Ternak di Kalimantan Timur

Hewan ternak Sapi (dok: pixabay)

BERAU — Dinas Peternakan Kaltim baru-baru ini menemukan 50 kasus penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang hewan ternak, khususnya sapi dan kerbau.

Setidaknya ada 50 kasus yang sudah ditemukan di Kabupaten Paser, Kutai Kartanegara (Kukar), dan Kota Samarinda.

Menanggapi itu, pihak Dinas Tanaman Pangan Horticultural dan Peternakan (Distanak) Berau mengaku ambil langkah cepat mencegah penyebaran penyakit tersebut.

Dokter Hewan Distanak Berau, Iwan Kadianto, menjelaskan biasanya LSD ini ditandai dengan gejala benjol-benjol pada tubuh hewan serta demam.

Pun saat ini belum ada laporan kasus di Berau, pihaknya tetap waspada dan memeriksa rutin kesehatan hewan ternak melalui 6 unit pelaksana teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan yang tersebar di beberapa wilayah.

“Ada 6 UPT Pusat Kesehatan Distanak di wilayah Berau. Ada di Segah, Gunung Tabur, Biatan, Talisayan, dan Batu putih. Di sana ada dokter hewan yang bisa merawat hewan para peternak,” ucapnya mengutip katakaltim, Sabtu 18 Januari 2025.

Iwan meyakinkan pihaknya sudah mengetahui gejala LSD, sehingga para tenaga medis hewan yang tersebar, telah siap menanggulangi jika wabah melanda. Pun demikian, tetap harus waspada.

“Walaupun kami sudah tau gejala penyakit hewan tersebut, tentu kami waspada. Kami juga sudah meminta bantuan vaksin dari Dinas Peternakan Kaltim,” ucapnya.

Lebih jauh, kata Iwan, pihaknya mendengar kabar ainnya bahwa kasus tersebut juga sudah menyebar di Kabupaten Kutai Timur (Kutim).

“Saya juga baru-baru ini dapat kabar, penyakit hewan tersebut telah masuk di Kutim. Ada 2 ekor sapi yang mati dengan gejala seperti yang saya jelaskan tadi,” katanya.

Dengan merebaknya puluhan kasus di beberapa wilayah, pihak Distanak Berau meminta vaksin dari Dinas Peternakan provinsi agar masalah ini terselesaikan.

“Olehnya itu kami berharap dari provinsi bisa segera mengirimkan vaksin, sehingga kami bisa antisipasi,” pungkasnya.

Diketahui, penyakit ini tidak menular ke tubuh manusia. Namun tentu saja memberikan dampak kerugian ekonomi yang besar karena dapat menyebabkan kematian dan penurunan produksi hewan ternak. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini