Imbas El Nino, Jokowi Berencana Impor Beras 1 Juta Ton dari China

TERASKATAKALTIM — Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana mengimpor satu juta ton beras dari China.

Peluang impor ini menjadi upaya antisipasi mundurnya masa panen dalam negeri akibat fenomena El Nino.

“Kami antisipasi El Nino. Prediksinya kan Januari, Februari, Maret, belum ada panen atau panennya mundur semua,” terang Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas usai meninjau harga beras di Pasar Rawamangun, seperti dikutip dari Antara, Kamis (5/10).

Buwas menerangkan, tentu antisipasi tersebut menjadi penting untuk memastikan pemenuhan kebutuhan beras nasional.

Rencana impor, tambah dia, tidak mungkin baru dilakukan ketika stok beras dalam negeri diketahui tidak mencukupi, sehingga diperlukan antisipasi.

“Pemerintah harus sudah menyiapkan. Jangan sampai begitu kita lihat kurang, baru ribut mencari impor,” tandas Buwas.

Dia pun menuturkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah bekerja sama dengan China untuk menyiapkan satu juta ton beras.

Nantinya, beras tersebut akan diekspor oleh China ke Indonesia apabila produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional akibat El Nino.

Buwas kemudian menegaskan, Indonesia tidak begitu saja menerima satu juta ton beras. Impor beras dari China hanya dilakukan jika diketahui adanya selisih kebutuhan nasional tidak sejalan dengan produksi dalam negeri.

“Kerja sama impor tersebut menjadi salah satu solusi bagi Indonesia ketika membutuhkan beras dalam keadaan darurat. “Kita lihat dulu kebutuhannya. Tetapi, dalam hal ini, China sudah menyiapkan,” tutur Buwas.

Dia bilang, seperti dilansir dari kompas, bahwa kini stok beras yang ada di Bulog mencapai 1,7 juta ton. Jika dirinci, terdiri dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 1,67 juta ton dan stok komersil sekitar 69 ribu ton.

Adapun penyaluran beras telah mencapai 1,7 juta ton yang digunakan antara lain realisasi SPHP sebanyak 799 ribu ton, bantuan pangan tahap pertama sebesar 640 ribu ton, dan bantuan pangan beras tahap kedua yang saat ini terus digenjot dengan realisasi terakhir telah mencapai 98,5% untuk bulan pertama sebesar 197 ribu ton.

Dalam kesempatan itu, Menteri BUMN Erick Thohir juga mengingatkan agar kebijakan impor dan produksi beras bisa berjalan beriringan atau tidak sendiri-sendiri.

Menurut Erick, dibutuhkan integrasi data yang baik antara impor dan produksi beras nasional.

Dengan begitu, kata Erick, kebijakan impor beras tidak akan merugikan rakyat, khususnya para petani. “Tidak bisa impor jalan sendiri, produksi jalan sendiri,” demikian kata Menteri BUMN. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *