Kelompok Tani IKN Tingkatkan Skill Bertani dengan Sistem Pengairan Tetesan
TERASKATAKALTIM — Sejumlah petani Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara meningkatkan skill bertani di greenhouse drip irrigation system atau bercocok tanam dalam rumah kaca dengan sistem pengairan tetesan (hemat air).
Belajar bertani modern itu tepatnya dilakukan di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Nusantara di kawasan Samboja, 55 km utara Balikpapan atau 80 km ke timur dari IKN di Sepaku.
Pelaksana tugas Direktur Ketahanan Pangan Otorita IKN, P Setia Lenggono bilang bahwa hal ini amat diperlukan petani karena bisa tingkatkan produktivitas walaupun di area lahan yang terbatas.
“Teman-teman petani ini perlu belajar pertanian seperti ini, bagaimana bercocok tanam di lahan terbatas, tapi berproduksi maksimal,” ucap Leggono di Balikpapan, Kamis (28/9).
Diketahui para petani yang turut berlatih berasal dari beberapa kelompok tani, antara lain Kelompok Tani Tunas Makmur Desa Karang Jinawi, Mekar Sari dari Desa Bumi Harapan, Karya Maju Desa Bukit Raya, Sri Rejeki B Desa Argo Mulyo, Kreatif Mandiri Kelurahan Sepaku, dan Kelompok Tani Nila Sari Kelurahan Pemaluan.
Kelompok tani tersebut dipilih dari hadirin di acara sebelumnya di Hunian Pekerja Konstruksi di IKN Nusantara pada Agustus lalu.
Tak hanya kelompok tani, hadir juga penyuluh pertanian dari Kecamatan Sepaku dan Kecamatan Samboja, serta perwakilan Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Timur (Prov. Kaltim) untuk saling berbagi ilmu pertanian guna menghadapi dan membangun IKN kelak.
Dilansir dari antara, pelatihan diawali dengan penjelasan ihwal budi daya menanam secara hidroponik untuk diaplikasikan di perkotaan, di mana hal ini membutuhkan lahan yang minim, seperti yang disajikan oleh ketua kelompok tani pengurus P4S Nasional, Abdul Gushai Uzuluddin.
Dilanjutkan oleh Andi Burhan Badurahman Abdullah (Budi), Ketua Umum FK P4S Nasional, memaparkan sistem fertigasi yang menguntungkan dari berbagai segi, seperti kaya akan nutrisi, biaya murah, minim penyakit tanaman, kemudahan mengontrol tanaman, membantu meningkatkan hasil, kualitas, dan keseragaman tumbuhan, dan cara meminimalisir pencemaran.
Di hari kedua para peserta diajak untuk melakukan praktik langsung ke lapangan dengan mengunjungi greenhouse P4S di Samboja.
Materi yang diberikan meliputi penyiapan alat dan desain instalasi sistem fertigasi, pengelolaan nutrisi/pupuk yang digunakan dalam pengairan, penyiapan media tanam, pengendalian hama penyakit, pemilihan dan seleksi bibit hingga pemanenan dan pascapanen.
Peserta kemudian diajak melihat kondisi greenhouse yang ideal guna membangun pertanian dengan sistem fertigasi.
Tidak hanya melihat-lihat, para peserta juga diajak untuk mencoba membuat, dan mempraktikkan berbagau tahap pembangunan sistem tersebut. Selain itu, mereka diajak mencoba memanen dan mencoba hasil dari pertanian fertigasi.
Buka hanya memanen, pada hari ketiga peserta diajarkan cara-cara menganalisa usaha dan memasarkan hasil panennya, sehingga akan terlihat proyeksi pendapatan yang kelak akan diperoleh, serta hasil yang diperoleh lebih besar ketimbang biaya yang akan dikeluarkan.
Pada pemasaran, hasil pertanian di ibu kota ditargetkan memenuhi kebutuhan pangan di IKN dan daerah penyangga, seperti Samarinda dan Balikpapan.
Christina Shanti Dewi selaku Widyaiswara menyampaikan bahwa kondisi saat ini, amat penting bagi para petani memahami pasar yang ada.
Kebutuhan pasar yang ada bisa dipetakan dari berbagai generasi pasar di era 4.0. Pasar itu juga perlu diintegrasikan dengan produk yang akan dihasilkan dari pertanian dengan memperhatikan 4 P, antara lain product, price, promotion, dan place.
“Harapannya para petani ibu kota dapat memahami empat pilar tersebut. Mengingat dewasa ini konsumen semakin bijak dalam memilih bahan pangan, sehingga petani perlu meningkatkan kepercayaan konsumen sebagai fundamental agar konsumen bergantung pada petani yang dipercayainya, serta petani untuk mempertahankan kualitas bahan pangan agar konsumen selalu percaya pada kita,” terang Christina. (*)
Tinggalkan Balasan