Teraskata.com

Dari Timur Membangun Indonesia

Disdikbud Kutim Tegaskan, Sekolah Harus Bebas dari Kekerasan

admin admin admin
Kepala Disdikbud Kutim, Mulyono

TERASKATA.Com, Kutai Timur Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Timur, Mulyono, menegaskan bahwa seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah harus terbebas dari segala bentuk kekerasan.

Ia mengingatkan bahwa praktik kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, sudah tidak bisa lagi dibenarkan dalam dunia pendidikan.

“Dan aturannya memang bunyinya seperti itu. Artinya tidak ada lagi kekerasan di sekolah. Diharapkan guru-guru kita bisa menyesuaikan dengan situasi itu. Mengajar kan tidak harus dengan kekerasan,” ujar Mulyono di ruang kerjanya, Rabu (22/10/2025).

Menurut Mulyono, sejauh ini belum ada laporan resmi mengenai kasus kekerasan di sekolah-sekolah Kutai Timur.

Ia menyebut, kondisi tersebut menunjukkan kesadaran guru yang semakin tinggi dalam menerapkan pendekatan edukatif kepada peserta didik.

“Alhamdulillah kalau di Kutai Timur sendiri rasa-rasanya hampir enggak ada. Laporan langsung ke sini juga tidak ada. Kalau pun pernah ada hal kecil, biasanya bisa diselesaikan secara internal,” katanya.

Restorative Justice Solusi Penyelesaian Kasus Kekerasan di Sekolah

Mulyono menuturkan, pernah terjadi kasus ringan di mana guru dianggap bersikap keras terhadap siswa. Namun, peristiwa itu segera diselesaikan secara damai tanpa harus melibatkan proses hukum atau pemberitaan media.

“Pernah sih kecil-kecil, misalnya menyentil anak. Tapi akhirnya bisa kita selesaikan, tidak sampai muncul ke permukaan,” ujarnya.

Menurut Mulyono, kedepan jika kasus serupa terjadi, maka pihaknya akan mengedepankan pendekatan damai dengan prinsip restorative justice atau keadilan restoratif.

Ia menyebut mediasi antara pihak guru, siswa, dan orang tua menjadi langkah utama sebelum menempuh jalur hukum.

“Kalau memang terjadi, kita pasti mengupayakan solusi damai terlebih dahulu. Sekarang ini kan juga ada istilah hukuman dengan restorasi, mediasi, dan penyelesaian damai. Itu yang kita kedepankan,” jelasnya.

Ia menilai, rendahnya angka kekerasan di sekolah menunjukkan bahwa guru di Kutai Timur memahami pentingnya pembelajaran tanpa kekerasan.

Namun demikian, Mulyono mengingatkan bahwa potensi kekhilafan tetap bisa terjadi karena faktor manusiawi.

“Guru juga manusia. Kadang ada khilafnya, tapi yang penting bisa diselesaikan dengan baik. Kita semua tentu tidak ingin ada kekerasan di sekolah,” ujarnya.

Mulyono menambahkan, sejauh ini tidak ada keluhan dari guru terkait sulitnya menerapkan pembelajaran tanpa kekerasan. Ia menilai para pendidik sudah menyesuaikan diri dengan regulasi dan kondisi sosial saat ini.

“Mungkin ada perasaan susah dalam mendidik di tengah aturan yang ketat, tapi sejauh ini tidak ada keluhan resmi. Guru-guru kita sudah bisa menyesuaikan,” kata Mulyono. (Ronny/teraskata)

[gnpub_google_news_follow]
Tutup